BANYUWANGI, reporter.com (11/12/2022) – Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi turut andil dalam upaya penanggulangan bencana di kabupaten the Sunrise of Java. Salah satunya diwujudkan melalui Seminar Mitigasi Bencana yang digeber Kamis (8/12).
Kegiatan yang diinisiasi Bidang Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Dispendik bersama Yayasan KFK Al-Maulana sebagai yayasan penyelenggara PKBM Al-Fayyad Singojuruh ini dipusatkan di pendapa kantor Kecamatan Singojuruh. Bukan tanpa alasan, Singojuruh dipilih lantaran wilayah kecamatan tersebut pernah dilanda musibah banjir beberapa tahun lalu.
Camat Singojuruh Bambang Santosa mengatakan, banjir bandang penah melanda salah satu desa di wilayah kecamatan yang dia pimpin tersebut. Yakni Desa Alasmalang. ”Banjir bandang terjadi pada 2018 lalu,” ujarnya saat membuka acara bertema ”Partisipasi Pendidikan Non-Formal dalam Edukasi Kesiapsiagaan Bencana”.
Bambang juga memberikan informasi seputar kebencanaan di wilayah Singojuruh, khususnya bencana banjir bandang di wilayah Desa Alasmalang. Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan pengalaman yang berarti. Warga harus bersahabat dengan alam dengan tidak membuang sampah sembarangan serta melakukan penghijauan di sekitar aliran sungai.
Kepala Dispendik Banyuwangi Suratno mengatakan, pencegahan bencana tidak hanya menjadi tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Lebih dari itu, butuh peran serta seluruh lapisan masyarakat. Pada saat ini, penanganan bencana mengalami perubahan paradigma maupun tindakan, yaitu dengan menitikberatkan pada partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana. ”Masyarakat tidak sekadar menjadi korban atau objek dari bencana, namun juga sebagai pelaku dari penanggulangan bencana,” tuturnya.
Menurut Suratno, metode yang tepat dalam penanganan bencana adalah kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat. Program berbasis masyarakat ini akan mendorong kesadaran perilaku serta pemberdayaan kapasitas masyarakat untuk menyiagakan diri dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana yang terjadi lingkungannya.
Masyarakat sebagai pihak yang terkena dampak bencana harus diberdayakan dengan diberikan pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Sehingga, mampu melakukan upaya-upaya penanganan dampak bencana dan pengurangan risiko. ”Program ini diterapkan di daerah rawan bencana, di mana masyarakatnya mudah bekerja sama atau bergotong royong untuk melaksanakan upaya mitigasi atau pengurangan risiko,” jelasnya.
Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Dispendik Banyuwangi Nuriyatus Sholeha menambahkan, peserta seminar berjumlah sebanyak 60. Perinciannya, 50 orang tutor dan Tenaga Kependidikan serta 10 warga belajar terpilih dari berbagai jenjang, yakni peserta program Kejar Paket A, B, dan C.
Seminar mitigasi bencana dilaksanakan selama sehari dengan narasumber Wawan Supriyadi dan Dedy Utomo dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) Banyuwangi. Kedua narasumber memberikan materi tentang Kesiapsiagaan Satuan Pendidikan dalam Menghadapi Bencana (Banjir, Gempa Bumi, Tsunami, Gunung Meletus, dan sejenisnya) serta Isi Tas Siaga Bencana. Selain itu, narasumber juga memaparkan tentang layanan dukungan psikososial.
”Tujuan diadakan seminar ini adalah agar stakeholder Pendidikan nonformal, dalam hal ini Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), bisa meningkatkan pengetahuan dalam menghadapi serta mengurangi dampak/risiko bencana, membangun budaya siaga dan aman di lembaga, dan membangun ketahanan dalam menghadapi bencana oleh seluruh tutor dan warga belajar serta jangka menengahnya bisa memasukkan materi kebencanaan dalam kurikulum PKBM,” pungkas Nuriyatus Sholeha. (hum.ry)
Social Header