JAKARTA, Reporter.com (16/12/2022) - Jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) harga daging ayam potong di Pasar Raya Padang terus mengalami kenaikan. Saat ini sudah menembus harga Rp 30 ribu per kilogram.
Salah seorang pedagang ayam Anto, 37 mengatakan kenaikan harga ayam ini adalah paling tinggi selama tiga tahun terakhir ini. Bahkan Anto memprediksi puncak kenaikan harga akan mencapai Rp 39 ribu per kilogram di H-1 Natal.
“Kenaikan harga ayam sudah dimulai bahkan sejak awal Desember dan terus mengalami kenaikan setiap harinya. Belum pernah mengalami penurunan sebulanan ini,” ujar Anto, (15/12).
Di bulan November, harga ayam masih berada di angka Rp 18 ribu per kilogram. Sedangkan pada 1 Desember, sudah menginjak Rp 26 ribu. Naiknya tidak sekaligus, namun setiap hari pasti mengalami kenaikan harga sekitar Rp 500-1.000 per hari.
Pantauan Padang Ekspres di Pasar Raya, pembeli daging ayam potong saat lebih banyak pemilik rumah makan atau pedagang lain yang membutuhkan daging ayam sebagai bahan baku makanan yang mereka jual. Sedangkan untuk konsumsi rumah tangga, tak seberapa.
“Daya beli masyarakat saat ini sangat rendah. Yang biasanya saya menjual 20 keranjang atau sekitar 280 ekor ayam per hari. Saat ini, hanya terjual 13-14 keranjang saja per harinya,” aku Anto.
Katanya, kemungkinan perubahan daya beli masyarakat ini adalah dampak pandemi yang baru terasa saat ini. Apalagi dengan kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu, banyak masyarakat yang berpikir dua kali untuk membeli barang-barang termasuk makanan yang masih bisa digantikan.
“Banyak juga yang misalnya kalau harga ayam naik, mereka berhenti dulu mengkonsumsi ayam, mereka akan beralih dulu ke telur misalnya atau bahan lain yang lebih murah,” jelas dia.
Tak hanya harga ayam potong yang harganya selalu merangkak, tapi harga telur pun ikutan naik. Beberapa hari lalu telur ayam sudah berada pada angka Rp 54 ribu per papan, saat ini sudah di angka Rp 57 ribu. Puncak kenaikan diperkirakan akan mencapai Rp 60 ribu per kilogram pada H-1 Tahun Baru 2023 mendatang.
“Seperti biasa jelang Nataru kebutuhan pangan akan mengalami kenaikan harga karena permintaan yang tinggi. Namun kenaikan tertinggi harga telur biasanya bukan pada Natal, tapi pada Tahun Baru,” imbuh pedagang telur Emi, 65.
Kenaikan harga telur kali ini menurutnya benar-benar karena permintaan masyarakat yang meningkat. Berbeda dengan kenaikan telur beberapa saat lalu yang alasannya karena harga pakan ayam yang mahal.
“Soalnya stok kita masih seperti biasa. Masyarakat pun sudah terbiasa dengan kenaikan harga ini karena setiap tahunnya pasti mengalami kenaikan. Harga telur ayam jelang Nataru tahun ini juga lebih mahal daripada tahun lalu. Tahun lalu, puncak harga tertinggi hanya berkisar hingga Rp 54 ribu saja. Itupun terjadi juga di awal tahun, bukan sebelum Tahun Baru,” ujar Emi.
Berbeda dengan ayam dan telur, harga daging sapi termasuk masih stabil. Meskipun modal pedagang mengalami kenaikan sedikit. Namun pedagang tak menaikkan penjualan harga daging sapi karena daya beli masyarakat saat ini sangat rendah.
“Kenaikannya tidak signifikan dan termasuk stabil sejak beberapa bulan belakangan. Kita menjual masih Rp 140 per kilogram,” jelas Fauzi, 34.
(hum.ry)
Social Header