MATARAM, Reporter.com ( 14/12/2022) - Presiden RI Joko Widodo mewanti-wanti untuk berhati-hati pada resesi ekonomi yang menjadi ancaman ekonomi global. Melihat pesan yang disampaikan orang nomor satu di Indonesia itu, pengamat memprediksi pertumbuhan ekonomi baik nasional hingga daerah bakal melambat. ”Sebenarnya yang hati-hati itu pemerintah pusat, karena semua aspek kebijakan moneter maupun fiskal ada di pusat. Kemungkinan ekonomi akan mengalami perlambatan tahun depan,” ujar pengamat ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Mataram Firmansyah, Selasa (13/12).
Meski melambat, dia percaya pertumbuhan ekonomi NTB akan tetap pada kisaran lima persen. Dengan catatan, produk-produk pangan lokal tetap tersedia. ”Paling penting produk yang ditransaksikan itu masih tersedia di lokal, seperti beras, ikan, daging dan kebutuhan sekunder lain,” tambahnya.
Sebab itu, pemerintah harus memperkuat rantai pasok kebutuhan pokok. Produksi dan distribusi bahan kebutuhan pokok harus dijaga sampai ke akar rumput. Sehingga inflasi dapat dikendalikan dan tidak membebani ekonomi rumah tangga. ”Kalau kita di daerah paling menjaga stabilitas harga, alokasi belanja yang tepat waktu dan sasaran, menjaga pasokan produk pokok yang itu saja,” jelas Firmansyah.
Ia menyarankan, endapan anggaran APBD pada bank daerah untuk digunakan dalam pengembangan produk lokal. Ini bertujuan untuk tetap menjaga stabilisasi konsumsi, goverment spending, dan ekspor.
Gunakan belanja pemerintah secara maksimal untuk menstimulasi ekonomi lokal. Lewat pengembangan produk atau komoditas lokal, stimulasi ekonomi untuk penguatan belanja masyarakat. ”Hati-hati bukan berarti hemat belanja. Tidak boleh pemerintah hemat belanja, harus digunakan maksimal untuk stimulasi ekonomi lokal. Kuncinya kita harus kerja lebih keras lagi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan 2023 ekonomi NTB akan tumbuh pada kisaran 4,8-5,6 persen. Dengan tingkat inflasi yang berpotensi kembali ke rentang target nasional. ”Namun menjadi tantangan perekonomian di NTB adalah bagaimana kita bisa mempertahankan percepatan pemulihan ekonomi di tengah risiko inflasi dan kompleksitas tantangan perekonomian global yang tinggi,” ucap Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw) NTB Ahmad Fauzi.
Kondisi global masih tidak pasti dan sulit diprediksi. Seperti yang ditekankan Presiden RI Joko Widodo agar pada tahun 2023 betul-betul harus hati-hati tanpa mengurangi rasa optimisme. (hum.ry)
Social Header