Surabaya, reporter.com - Tak jauh dari Terminal Purabaya, Bungurasih, Sidoarjo pernah ada 3 rumah yang kondisinya terbengkalai. Ketiga rumah yang kini sudah rata dengan tanah tersebut menjadi saksi bisu praktik ilmu hitam.
Kabar soal pesugihan 3 rumah itu pernah menarik perhatian pembaca pada 2021. Saat itu masih ada wujud ketiga bangungan rumah. Rumah itu tak terawat karena seluruh penghuninya tewas setelah jadi tumbal pesugihan.
Bayu D Wicaksono pernah menyambangi ketiga rumah itu saat jadi host PM:AM Vlog pada 2020. Dia masih mengingat betul kengerian dan aura mistis yang dirasakan di sana.
Ketiga rumah itu kotor. Ranting dan dedaunan berserakan. Bayu menyebut, 2 di antara 3 rumah itu memakai pesugihan.
"Kalau dari tiga rumah ini yang satu sebenarnya terdampak aja. Cuma yang pesugihan itu di dua rumah yang berjajar paling ujung kalau kita amati," ungkap Bayu saat diwawancarai di Surabaya, 17 Oktober 2021.
Praktik pesugihan awalnya dijalankan oleh penghuni rumah pertama. Kepala rumah tangga rumah itu memutuskan untuk membuat perjanjian dengan makhluk gaib. Dia ingin keluarganya jadi kaya raya.
Bayu menambahkan, keluarga itu memakai media jenglot untuk memperlancar pesigihan. Pilunya, sang kepala keluarga menumbalkan orang-orang yang dicintainya.
Awalnya pesugihan itu memang membuahkan hasil. Keluarga itu mendadak kaya.
Melihat keberhasilan itu, keluarga di rumah kedua memutuskan untuk ikut menjalankan praktik pesugihan. Bayu mengatakan mereka memakai tuyul.
"Pesugihan ini pertamanya di rumah pertama, terus diikuti rumah kedua. Kelihatannya berurutan. Cuma nggak tahu ini tipikalnya diajak atau dia cemburu dengan kondisi rumah pertama sehingga yang kedua ikut pesugihan juga," kata Bayu.
Sedangkan rumah ketiga, lanjut Bayu, sebenarnya hanya korban. Mereka tidak ikut menjalankan ritual pesugihan.
"Sebelahnya ini yang menarik menumbalkan, jadi rumah ketiga kena jadi tumbalnya," lanjutnya.
Pemilik rumah kedua dengan rumah ketiga ini diketahui cukup dekat. Bayu menyebut biasanya tumbal baru bisa dilakukan pada seseorang yang berharga.
"Kayaknya deket, karena tumbal harus orang yang dekat atau orang yang merasa berharga. Istilahnya kalau kita mau kekayaan, kita harus mengorbankan sesuatu yang kita suka. Itu tetangganya sepertinya dekat kok sampai bisa ditumbalkan," ungkap Bayu.
Bayu mengatakan rumah kedua ini menggunakan tuyul sebagai sarana memperkaya diri. Semakin lama, tuyul itu juga memiliki permintaan lebih dan lebih. Hingga akhirnya satu per satu keluarga di rumah kedua ini jatuh sakit sebelum akhirnya meninggal dunia.
"Keluarga yang kedua ini dia bukan karena makin tumbal makin ditumbalkan. Tapi karena makhluk yang diajak bekerja sama itu meminta lebih dan lebih, terus akhirnya nggak mampu dia kena getahnya kena efeknya sakit lama-lama mati," tambahnya.
Bayu mengatakan aura di rumah terbengkalai karena ditinggal pemiliknya dengan rumah yang terbengkalai akibat pesugihan sangat berbeda. Bayu mengaku merasakan aura yang tidak enak saat menginjakkan kaki di sana.
"Auranya itu seperti tempat yang terbengkalai akibat pesugihan itu sangat sangat tidak enak," ucap Bayu.
Di sana, Bayu sempat berinteraksi dengan 'penghuni' rumah. Ada genderuwo yang menjaga sumur hingga sosok besar mirip genderuwo yang menyebut dirinya Geni Banaspati yang memancarkan suhu panas.
Bayu menambahkan tubuhnya juga merasa dingin hingga merinding. Bau tak sedap juga menyerbak. Tak hanya itu, Bayu mengatakan di sejumlah sisi rumah, dirinya menemui sensasi panas di kulit.
"Dinginnya dingin yang bikin merinding, baunya juga tidak enak. Dingin tapi dingin ada sensasi panas, bahasanya kita menggigil tapi di kulit ada sensasi panas clekit," ungkapnya.
Untuk itu, Bayu mengatakan tidak seharusnya ada orang yang main-main ke rumah tersebut. Dia menyebut hal terburuk bisa terjadi seperti kesurupan.
"Karena memang area bekas pesugihan dan ada tumbal, tidak sebaiknya orang main ke situ, karena bisa berdampak negatif. Kalau misalnya orangnya kayak sering kosong itu bisa kesurupan. Atau kalau misalnya orangnya bandel, otomatis kan orang-orang yang main ke tempat itu bukan dengan tujuan yang baik," papar Bayu.
Bayu sendiri datang ke sana bukan tanpa pertanggungjawaban. Dia datang ke sana untuk membuktikan cerita yang beredar di masyarakat.
"Kecuali misalnya syuting, kita menguak kejadian itu. Memang harus ada pertanggungjawaban. Kita nggak bisa serta merta masuk ke tempat yang dihuni makhluk, terus kita tinggalkan begitu saja. Kita harus masuk dengan permisi dan keluar dengan dibersihkan. Kalau kita mengganggu tempat yang seperti itu, katakan yang menghuni marah, bisa banyak yang kesurupan. Nanti ada kejadian yang tidak menyenangkan," tandasnya.
Kini, rumah tersebut sudah diratakan dengan tanah. Dwi Sasongko, warga sekitar mengaku rumah tersebut dirobohkan setelah ramai diberitakan media.
"Sekarang sudah nggak ada. Kalau nggak salah dibongkar pas 2021, habis diberitakan media-media," katanya kepada Wartawan, Sabtu (28/1/2023).
Dwi mengaku tak tahu siapa yang membongkar rumah itu. Namun, rumah itu memang menjadi perbincangan para tetangga. Soal pesugihan itu memang sudah jadi rahasia umum di lingkungan sekitar.(red.Df)
Social Header