Ponorogo, reporter.com - Perajin lampion di Ponorogo meraup cuan Rp 7 juta per bulan. Yuk simak ceritanya!
Ia yakni Anton Pratama (34). Anton merupakan warga Jalan Ramawijaya, Kelurahan Surodikraman, Kecamatan Ponorogo.
"Awalnya saya biasa membuat hiasan dinding dari PVC. Terus ada pelanggan yang minta dibuatin lampion, eh ternyata makin banyak pesanan," tutur Anton kepada wartawan, Sabtu (21/1/2023).
Anton menerangkan lampion buatannya berbahan potongan pipa PVC dengan ukuran 30 x 30 cm dan 30 x 50 cm. Meski awalnya kesulitan menemukan ukuran yang pas. Akhirnya setelah beberapa kali percobaan ia bisa membuat lampion.
"Awalnya memotong pipa PVC untuk membuat kerangka, kemudian memotong kawat untuk jari-jari lampion," terang Anton.
Setelah kerangka dirangkai, lanjut Anton, direkatkan dengan menggunakan lem. Setelah itu, jari-jari lampion ditali dengan benang wol supaya lebih kuat.
"Untuk menentukan jarak antara jari-jari harus sama. Kalau tidak sama nanti lampion tidak bisa simetris," imbuh Anton.
Kemudian lampion ditutup dengan kain. Warnanya pun disesuaikan dengan permintaan konsumen. Tiap lembaran kain direkatkan ke kerangka lampion.
"Kain ditempel dengan menggunakan lem ke kerangka lampion," terang Anton.
Meski tampak sederhana, Anton mengaku, lampion buatannya mampu bertahan hingga 2 tahun jika berada di luar ruangan. Sebab, kerangkanya berbahan PVC dan kain yang dipakai tidak gampang pudar warnanya dan tahan segala cuaca.
"Kalau di dalam ruangan bisa lebih awet lagi tentunya," kata Anton.
Lampion buatan Anton dibanderol mulai Rp 65 ribu hingga Rp 85 ribu. Dia pun melayani lampion sesuai dengan pesanan pembeli.
Di momen Imlek 2023, Anton kebanjiran orderan. Bahkan saking banyaknya, ia sampai menolak pesanan. Sebab, saat ini pria lulusan SMK itu hanya dibantu satu orang temannya.
"Karena sekarang lampion tidak hanya identik dengan imlek. Tapi juga bisa jadi ornamen, hiasan juga," tambah Anton.
Saat ini, Anton hanya melayani pasar lokal, atau sekitar Keresidenan Madiun. Seperti Magetan, Ngawi, Tuban dan lain-lain. Dalam satu bulan, omzetnya Rp 4 juta hingga Rp 7 juta.
"Untuk pemasaran saya hanya mengandalkan google bisnis. Untuk e-commerce belum mencoba, karena akan kesulitan untuk packing karena selama ini pemesan yang datang mengambil," pungkas Anton.(red.Df)
Social Header