Lamongan, reporter.web.id - Peternak ayam petelur di Lamongan sambat harga pakan terus naik. Padahal harga telur malah anjlok. Peternak mengaku terancam gulung tikar.
"Harga telur tidak sebanding dengan naiknya harga pakan," kata salah seorang peternak ayam petelur, Suhardi kepada wartawan, Selasa (16/1/2024).
Selain harga konsentrat yang terus merangkak naik, sebut Hardi, harga bahan pakan ayam seperti jagung juga mengalami kenaikan. Dari semula Rp 5.500 per kg kini naik menjadi Rp 7.500 hingga Rp 8 ribu per kg.
Harga bekatul dedak pun, aku Hardi, mengalami kenaikan. Dari semula Rp 4.200 per kg naik menjadi Rp 5 ribu per kg.
"Rata-rata per ekor habis 1,2 kg per hari, dicampur konsentrat plus bekatul dedak sehingga biaya produksi menjadi tinggi dan kita rugi," ujarnya.
Hardi menyebut, apa yang rasakan peternak sudah berlangsung selama 2 bulan. Sehingga membuat peternak seperti dirinya merugi. Idealnya, menurut Hardi, harga telur di kandang adalah Rp 24 ribu hingga Rp 25 ribu per kg. Harga tersebut barulah peternak bisa untung.
"Kami sebagai peternak merugi karena harga pakan seperti konsentrat, jagung dan bekatul dedak naik tinggi," jelasnya.
Hal yang sama juga dialami peternak ayam petelur lainnya, Khusnul Yakin. Ia menyebut, untuk sedikit mengurangi biaya, peternak harus menyiasati dengan beli pakan jadi dari pabrikan, siap saji.
"Ada selisih harga tapi itu juga tidak banyak, karena harga dasar pakan seperti jagung maupun bekatul dedak tetap naik," imbuhnya.
Baik Hardi, Khusnul Yakin dan peternak ayam petelur lainnya di Lamongan berharap pemerintah hadir mengendalikan harga pakan. Kalau kondisi seperti ini terus terjadi, Khusnul menyebut peternak ayam petelur bisa gulung tikar.
"Mudah-mudahan pemerintah segera hadir membantu mengendalikan harga pakan yang terus melambung," pungkasnya. (red.s)
Social Header