Klaten, reporter.web.id - Menyambut bulan suci Ramadan, tradisi Padusan digelar di objek wisata mata air Cokro, Desa Daleman, Kecamatan Polanharjo, Klaten. Sebanyak 21 kendi berisi air dari 21 umbul atau mata air di Klaten dikirab untuk prosesi siraman.
Prosesi gebyar Padusan 2024, dimulai sekitar pukul 10.00 WIB dengan kirab 21 kendi yang dibawa oleh gadis-gadis kecil. Dipimpin Bupati Klaten, Sri Mulyani, kendi dibawa kirab dari pintu masuk ke bawah mata air Cokro.Di lokasi, air dari kendi itu dijadikan satu wadah untuk digunakan saat siraman duta wisata Mas dan Mbak Klaten tahun 2023. Setelah siraman, dilakukan pemukulan bedug oleh Forkompimpda Klaten.
Prosesi dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh bupati. Setelah itu baru sebaran udik-udik berupa gunungan kue apem dan hasil bumi. Ratusan warga berebut kue apem yang ada uang kertas di dalamnya.
Bupati menyebarkan udik-udik dari atas panggung yang berada di atas air. Masyarakat berbagai usia, berebut di air dan di daratan depan panggung sedangkan ribuan pengunjung lain mandi di beberapa kolam di sekitarnya.
Sri Mulyani menyatakan tradisi Padusan tersebut merupakan kegiatan menjelang bulan Ramadan. Kegiatan itu dengan mengirab kendi berisi air dari 21 mata air.
"Air di dalam kendi itu berasal dari 21 mata air alami dari seluruh wilayah Kabupaten Klaten. Ini merupakan keberkahan dari Allah SWT," ungkap Sri Mulyani, Minggu (13/2024).
Tradisi itu, kata Sri Mulyani, tidak hanya upaya membersihkan diri memasuki bulan Ramadan. Tradisi itu juga untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT serta memperbaiki hubungan baik antar masyarakat.
"Tradisi itu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT serta memperbaiki hubungan baik antar masyarakat. Sekaligus untuk meningkatkan ekonomi masyarakat," imbuh Sri Mulyani.
Tahun ini, sebut Sri Mulyani, diprediksi pelaksanaan puasa Ramadan ada perbedaan di masyarakat. Perbedaan itu harus dijadikan sarana saling menjaga dan menghormati.
"Dengan perbedaan jangan dijadikan permasalahan tapi jadikan sarana saling menjaga dan menghormati. Kita jalani dan kita nikmati bulan suci, jangan sia-siakan untuk berdebat hanya karena perbedaan,' kata Sri Mulyani.(red.Al)
Bupati menyebarkan udik-udik dari atas panggung yang berada di atas air. Masyarakat berbagai usia, berebut di air dan di daratan depan panggung sedangkan ribuan pengunjung lain mandi di beberapa kolam di sekitarnya.
Sri Mulyani menyatakan tradisi Padusan tersebut merupakan kegiatan menjelang bulan Ramadan. Kegiatan itu dengan mengirab kendi berisi air dari 21 mata air.
"Air di dalam kendi itu berasal dari 21 mata air alami dari seluruh wilayah Kabupaten Klaten. Ini merupakan keberkahan dari Allah SWT," ungkap Sri Mulyani, Minggu (13/2024).
Tradisi itu, kata Sri Mulyani, tidak hanya upaya membersihkan diri memasuki bulan Ramadan. Tradisi itu juga untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT serta memperbaiki hubungan baik antar masyarakat.
"Tradisi itu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT serta memperbaiki hubungan baik antar masyarakat. Sekaligus untuk meningkatkan ekonomi masyarakat," imbuh Sri Mulyani.
Tahun ini, sebut Sri Mulyani, diprediksi pelaksanaan puasa Ramadan ada perbedaan di masyarakat. Perbedaan itu harus dijadikan sarana saling menjaga dan menghormati.
"Dengan perbedaan jangan dijadikan permasalahan tapi jadikan sarana saling menjaga dan menghormati. Kita jalani dan kita nikmati bulan suci, jangan sia-siakan untuk berdebat hanya karena perbedaan,' kata Sri Mulyani.(red.Al)
Social Header