Kediri, reporter.web.id - Memang, dari enam ribu lebih penduduk Desa Ngampel, Kecamatan Papar, mayoritas adalah petani. Namun, mereka juga memiliki ketertarikan di bidang peternakan. Karena itulah, Kades Ngampel Kholaif mendorong warganya mencoba beternak domba. Khususnya persilangan antara domba lokal dan doper.
Kholaif tak sekadar menyuruh. Dia bersedia memberi contoh. Terlebih dulu membuat farm persilangan itu.
“Jika nanti ada warga yang ingin mencoba dan membutuhkan bimbingan, nanti bisa langsung ke rumah saya,” jelas Kholaif.
Upaya sang kades juga tak mudah. Dia memulainya pada 2023. Dengan terlebih dulu membeli domba lokal berjenis kelamin betina yang belum siap kawin sebanyak 30 ekor.
Pada saat bersamaan, dia juga memesan domba jenis dorper. Karena domba ini tak bisa langsung ready ketika dipesan. Harus menunggu beberapa waktu. Kesempatan inilah yang digunakan kades 58 tahun ini membesarkan domba betina lokal yang dibeli dari Jember.
Tiga bulan kemudian, domba berciri kepala hitam itu datang. Mereka tak bisa langsung dikawinkan. Menunggu proses adaptasi terlebih dulu. Lamanya selama tiga minggu.
Setelah itu, domba-domba tersebut pun bisa dikawinkan. Beberapa di antaranya berhasil bunting. Dalam waktu setahun lahir 14 ekor anak domba.
“Peranakan domba lokal dan dorper ini terlihat dari corak warna bulunya,” kata kades dua periode ini.
Selain melakukan persilangan, Kholaif juga membuat pakan fermentasi. Juga metode pengobatan bila terkena flu. Rencananya, setelah tersedia 30 ekor anak domba, percontohan kepada warga akan dimulai.
Bazar Sore sebagai Wadah Pelaku UMKM
Wanita Desa Ngampel, Kecamatan Papar banyak yang menekuni usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Baik itu berupa makanan dan minuman ataupun kerajinan tangan.
Mereka pun butuh wadah agar bisa semakin berkembang. Pemdes kemudian memfasilitasi dengan membuat kelompok UMKM.
“Kelompok tersebut baru dibentuk pada 2023 lalu,” jelas Kades Kholaif.
Pembentukan kelompok bernama Berkah Maju Bersama itu agar UMKM semakin berdaya. Tak hanya bisa memasarkan produk tapi juga mendapatkan bantuan dana serta pelatihan.
“Selain mencarikan dana bantuan, desa juga mendukung dengan melakukan beberapa pelatihan,” imbuhnya.
Beberapa pelatihan itu di antaranya membuat makanan hingga kerajinan tangan. Terbaru adalah membuat kerajinan tas sulaman.
Dukungan pemerintah desa tidak itu saja. Mereka juga pernah mengadakan lomba memasak. Juri penilai berasal dari kantor kecamatan. Untuk menghargai jerih payah peserta lomba, mereka diberi hadiah uang tunai yang nilainya besar.
Selain itu, setiap bulan ada kegiatan memasak di balai desa. Tujuannya mencari resep makanan yang paling enak untuk dikembangkan menjadi usaha.
Meski jumlah UMKM puluhan, namun mereka tidak pernah saling bersaing. Sebab usaha mereka berbeda-beda. Bisanya mereka membuka bazar di depan kantor desa untuk menjual hasil karya. Baik berupa makanan atau kerajinan tangan.(red.Tim)
Social Header