Cirebon, reporter.web.id - Sebuah tugu berdiri tegak di perempatan Jalan Siliwangi, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon. Tugu berwaran putih itu, dikenal sebagai Tugu Kejaksan atau Tugu Proklamasi. Penamaan tugu proklamasi diambil dari peristiwa sejarah di Cirebon, yang memproklamasikan kemerdekaan lebih dulu.
Pembacaan proklamasi di Cirebon, tidak lepas dari peran Sutan Syahrir yang kala itu mendengar berita tentang kekalahan Jepang. Sudah sejak setahun sebelumnya, yakni 1944 Syahrir sudah aktif memantau perkembangan informasi tentang Jepang lewat radio. Puncaknya, ketika ia mendengar dua kota penting di Jepang dibombardir oleh tentara sekutu."Jadi Sutan Syahrir membaca gelagat tentang perkembangan perang dunia, yang mana Jepang kalah oleh tentara sekutu. Kebetulah di bom atom pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 di Hiroshima dan Nagasaki," tutur Lingga, pegiat sejarah dari komunitas Cirebon History.
Tak lama mengetahui tentang tanda kekalahan Jepang, Sutan Syahrir mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tapi Soekarno menolak saran dari Syahrir, karena ditakutkan Jepang akan terus berperang dan menyerang kembali Indonesia.
Menurut Lingga, alasan Syahrir memaksa Soekarno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan. Karena setelah kekalahan Jepang, Indonesia sedang tidak dikuasai negara manapun. Ia tidak ingin, kemerdekaan Indonesia hasil dari pemberian Jepang.
Sebagai seorang yang aktif dalam dunia pergerakan nasional, Syahrir memiliki banyak jaringan massa di setiap daerah. "Akhirnya Syahrir bergerak sendiri untuk menginformasikan kepada seluruh pemuda yang ada di Indonesia. Tapi yang merespon hanya Cirebon," tutur Lingga.
Di Cirebon salah satu yang aktif dalam dunia pergerakan adalah Dr Sudarsono yang pada saat itu menjabat sebagai kepala Rumah Sakit Gunung Jati. Beliau adalah anggota dari kelompok kaum muda yang dipimpin oleh Sutan Syahrir.
Mendapatkan informasi dari Syahrir, Dr Soedarsono langsung mengumpulkan para pemuda pejuang kemerdekaan yang ada di Cirebon. Setelah terkumpul, pada 7 Ramadan 1364 H atau bertepatan 15 Agustus 1945 para pemuda berkumpul di Alun-Alun Kejaksan Kota Cirebon.
"Pada jam 16:00 sore ini diproklamasikan, yang dihadiri sekitar 60-100 orang," tutur Lingga.
Menurut Lingga, pasca dibacakan, teks asli dari proklamasi kemerdekaan di Cirebon sudah hilang. Berbeda dengan teks proklamasi yang dibacakan Soekarno pada 17 Agustus 1945. Konon, teks proklamasi yang dibacakan di Cirebon lebih panjang.
"Memang tidak ada arsip sejarah atau prasasti yang menunjukkan bahwasanya Cirebon sudah mengagungkan proklamasi terlebih dahulu, pada tanggal 15 Agustus 1946. Tidak ada bukti apapun, hanya satu saksi sejarah," tutur Lingga.
Menurut Lingga, kala itu saksi sejarahnya masih hidup, lalu menceritakan tentang proklamasi di Cirebon yang lebih dulu dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 1945. Meski secara resmi Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Menurut Lingga lewat tugu ini, menjadi cerita unik tersendiri tentang perjuangan kemerdekaan di Cirebon.
"Di tugu proklamasi ada sebuah prasasti yang kurang lebih artinya untuk memperingati kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jadi memang setelah disepakati 17 Agustus adalah kemerdekaan Indonesia bukan 15 Agustus. Tapi ini punya cerita unik bahwa Cirebon sudah mendahulukan proklamasi," pungkas Lingga.
Tidak hanya di Kejaksan, tugu proklamasi berbentuk pensil juga terdapat di wilayah Cirebon lain, seperti Jatiseeng, Palimanan, Arjawinangun dan Weled. Tugu tersebut, menjadi simbol perjuangan masyarakat Cirebon ketika melawan penjajah.(red.Al)
Social Header